Idul Fitri merupakan salah satu hari raya umat Islam yang sangat dinantikan. Terdapat banyak perayaan dan kebudayaan yang dilalui selama berlangsungnya hari raya ini. Mulai dari shalat Idul Fitri, menyantap makanan yang menggiurkan, hingga yang paling khas yakni saling bermaaf-maafan. Selain itu terdapat satu budaya yang sering dilakukan saat hari raya tersebut, yakni ziarah kubur.
Ziarah kubur umumnya dilakukan bersama keluarga besar dan mengunjungi makam dari orang-orang yang kita sayangi. Hukum dari hal tersebut sendiri diperbolehkan baik bagi perempuan maupun laki-laki. Ziarah kubur sendiri memiliki manfaat-manfaat yang tak dapat disepelekan begitu saja, yaitu mengingatkan kita akan betapa dekatnya kematian dan meminta ampunan bagi sang ahli kubur.
Pada awalnya sendiri, ziarah kubur sempat dilarang dalam Islam. Hal ini dikarenakan banyak yang menyekutukan Allah SWT seiring berjalannya proses ziarah yang dilakukan. Selain itu banyak peziarah yang berkelakuan berlebihan, mulai dari berteriak-teriak hingga memukul-mukul badan dan menangis berlebihan.

Namun seiring bertambah kokohnya fondasi Islam Rasulullah SAW menganjurkan ziarah kubur untuk dilakukan agar yang masih hidup dapat mengingat bahwa kematian berada sangat dekat. Pada sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :
“Aku telah melarang kalian dari ziarah kuburan, sekarang berziarahlah. Karena ia dapat menjadikan zuhud di dunia dan ingat dengan akhirat.” (H.R. Ibnu Majah)
Ziarah kubur sendiri dapat dilakukan dalam segala waktu dan tak perlu untuk menunggu momentum yang tepat atau hari raya. Namun ziarah kubur pada hari raya adalah tradisi yang dilakukan umat Islam terutama di Indonesia. Terdapat tata cara yang sudah biasa dilakukan oleh para peziarah untuk melaksanakan kegiatannya dengan baik dan benar. Baca kelanjutan artikel ini untuk mengetahui tata cara ziarah kubur.
Memiliki Niat yang Baik
Niat atau tujuan dari seorang peziarah tidak lain tidak bukan adalh untuk mendoakan dang ahli kubur agar diampuni segala dosa-dosanya juga mengingat betapa dekatnya manusia dengan kematian. Selain itu tujuan yang bersifat buruk dan negatif sebaiknya dihilangkan, terutama jika berkaitan dengan hal yang syirik.
Mengucap Salam
Tidak hanya untuk ahli kubur yang akan dikunjungi, tapi kita juga turut berniat untuk mengucap salam pada semua ahli kubur yang ada di area pemakaman. Terdapat salam yang biasa digunakan dalam kunjungan ziarah yakni:
Assalamu’alaìkum dara qaumìn mu’mìnîn wa atakum ma tu’adun ghadan mu’ajjalun, wa ìnna ìnsya-Allahu bìkum lahìqun
Artinya: “Assalamualaikum, hai tempat bersemayam kaum mukmin. Telah datang kepada kalian janji Allah yang sempat ditangguhkan besok, dan kami insyaallah akan menyusul kalian.”
Tidak Menduduki Kuburan
Selain merupakan larangan, tidak menduduki kuburan sudah menjadi adab dan budaya yang ada di Indonesia. Selain itu Rasulullah SAW juga bersabda mengenai larangan seseorang untuk duduk di atas kuburan. Hadits tersebut berbunyi:
“Sungguh seseorang dari kalian duduk di atas bara api sehingga membakar bajunya hingga tembus ke kulitnya, itu lebih baik baginya dari pada duduk di atas kuburan.” (H.R. Muslim)
Membaca Doa dan Surat Pendek
Selanjutnya adalah membacakan doa yang baik untuk sang ahli kubur juga membaca surat pendek dari Al-Qur’an. Hal ini ditujukan untuk memohon ampunan kepada Allah SWT atas dosa-dosa yang telah dilakukan ahli kubur semasa ia hidup dan ini merupakan amal jariyah yang tak akan terputus.Terdapat hadits mengenai hal tersebut yang berbunyi:
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh.” (HR Muslim)
Selain itu peziarah juga dianjurkan untuk membaca surat-surat pendek selagi berziarah seperti surat Al-Fatihah, Al-Falaq, An-Naas, dan Al-Ikhlas. Seringkali terdapat pula peziarah yang membacakan surat Yasin saat kunjungannya.
Menyiram Air di Atas Kuburan
Sering terdapat para peziarah yang menyiram air di atas makam orang-orang tersayangnya. Hal ini diperbolehkan dan terdapat salah satu hadits yang menjelaskan bahwa Rasulullah SAW sendiri menyiramkan air dan meletakkan kerikil di atas kuburan yang beliau kunjungi. Berikut ini haditsnya:
“Sesungguhnya Rasulullah SAW menyiram (air) di atas kubur Ibrahim, anaknya, dan meletakkan kerikil di atasnya.” (HR Abu Daud).
Mengunjungi makam dari kerabat atau orang yang kita sayangi selagi ia telah tiada memang dapat menimbulkan perasaan kehilangan dan sedih. Namun hal tersebut merupakan satu-satunya cara untuk kita tetap dapat berbuat baik padanya dan mengingatnya juga mengingat tentang kematian yang amat dekat. Maka dari itu tata cara untuk berziarah perlu diperhatikan agar kegiatan ini menjadi pengalaman yang baik dan tidak sia-sia.
Idul Fitri merupakan salah satu hari raya umat Islam yang sangat dinantikan. Terdapat banyak perayaan dan kebudayaan yang dilalui selama berlangsungnya hari raya ini. Mulai dari shalat Idul Fitri, menyantap makanan yang menggiurkan, hingga yang paling khas yakni saling bermaaf-maafan. Selain itu terdapat satu budaya yang sering dilakukan saat hari raya tersebut, yakni ziarah kubur.
Ziarah kubur umumnya dilakukan bersama keluarga besar dan mengunjungi makam dari orang-orang yang kita sayangi. Hukum dari hal tersebut sendiri diperbolehkan baik bagi perempuan maupun laki-laki. Ziarah kubur sendiri memiliki manfaat-manfaat yang tak dapat disepelekan begitu saja, yaitu mengingatkan kita akan betapa dekatnya kematian dan meminta ampunan bagi sang ahli kubur.
Pada awalnya sendiri, ziarah kubur sempat dilarang dalam Islam. Hal ini dikarenakan banyak yang menyekutukan Allah SWT seiring berjalannya proses ziarah yang dilakukan. Selain itu banyak peziarah yang berkelakuan berlebihan, mulai dari berteriak-teriak hingga memukul-mukul badan dan menangis berlebihan.
Namun seiring bertambah kokohnya fondasi Islam Rasulullah SAW menganjurkan ziarah kubur untuk dilakukan agar yang masih hidup dapat mengingat bahwa kematian berada sangat dekat. Pada sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :
“Aku telah melarang kalian dari ziarah kuburan, sekarang berziarahlah. Karena ia dapat menjadikan zuhud di dunia dan ingat dengan akhirat.” (H.R. Ibnu Majah)
Ziarah kubur sendiri dapat dilakukan dalam segala waktu dan tak perlu untuk menunggu momentum yang tepat atau hari raya. Namun ziarah kubur pada hari raya adalah tradisi yang dilakukan umat Islam terutama di Indonesia. Terdapat tata cara yang sudah biasa dilakukan oleh para peziarah untuk melaksanakan kegiatannya dengan baik dan benar. Baca kelanjutan artikel ini untuk mengetahui tata cara ziarah kubur.
Memiliki Niat yang Baik
Niat atau tujuan dari seorang peziarah tidak lain tidak bukan adalh untuk mendoakan dang ahli kubur agar diampuni segala dosa-dosanya juga mengingat betapa dekatnya manusia dengan kematian. Selain itu tujuan yang bersifat buruk dan negatif sebaiknya dihilangkan, terutama jika berkaitan dengan hal yang syirik.
Mengucap Salam
Tidak hanya untuk ahli kubur yang akan dikunjungi, tapi kita juga turut berniat untuk mengucap salam pada semua ahli kubur yang ada di area pemakaman. Terdapat salam yang biasa digunakan dalam kunjungan ziarah yakni:
Assalamu’alaìkum dara qaumìn mu’mìnîn wa atakum ma tu’adun ghadan mu’ajjalun, wa ìnna ìnsya-Allahu bìkum lahìqun
Artinya: “Assalamualaikum, hai tempat bersemayam kaum mukmin. Telah datang kepada kalian janji Allah yang sempat ditangguhkan besok, dan kami insyaallah akan menyusul kalian.”
Tidak Menduduki Kuburan
Selain merupakan larangan, tidak menduduki kuburan sudah menjadi adab dan budaya yang ada di Indonesia. Selain itu Rasulullah SAW juga bersabda mengenai larangan seseorang untuk duduk di atas kuburan. Hadits tersebut berbunyi:
“Sungguh seseorang dari kalian duduk di atas bara api sehingga membakar bajunya hingga tembus ke kulitnya, itu lebih baik baginya dari pada duduk di atas kuburan.” (H.R. Muslim)
Membaca Doa dan Surat Pendek
Selanjutnya adalah membacakan doa yang baik untuk sang ahli kubur juga membaca surat pendek dari Al-Qur’an. Hal ini ditujukan untuk memohon ampunan kepada Allah SWT atas dosa-dosa yang telah dilakukan ahli kubur semasa ia hidup dan ini merupakan amal jariyah yang tak akan terputus.Terdapat hadits mengenai hal tersebut yang berbunyi:
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh.” (HR Muslim)
Selain itu peziarah juga dianjurkan untuk membaca surat-surat pendek selagi berziarah seperti surat Al-Fatihah, Al-Falaq, An-Naas, dan Al-Ikhlas. Seringkali terdapat pula peziarah yang membacakan surat Yasin saat kunjungannya.
Menyiram Air di Atas Kuburan
Sering terdapat para peziarah yang menyiram air di atas makam orang-orang tersayangnya. Hal ini diperbolehkan dan terdapat salah satu hadits yang menjelaskan bahwa Rasulullah SAW sendiri menyiramkan air dan meletakkan kerikil di atas kuburan yang beliau kunjungi. Berikut ini haditsnya:
“Sesungguhnya Rasulullah SAW menyiram (air) di atas kubur Ibrahim, anaknya, dan meletakkan kerikil di atasnya.” (HR Abu Daud).
Mengunjungi makam dari kerabat atau orang yang kita sayangi selagi ia telah tiada memang dapat menimbulkan perasaan kehilangan dan sedih. Namun hal tersebut merupakan satu-satunya cara untuk kita tetap dapat berbuat baik padanya dan mengingatnya juga mengingat tentang kematian yang amat dekat. Maka dari itu tata cara untuk berziarah perlu diperhatikan agar kegiatan ini menjadi pengalaman yang baik dan tidak sia-sia.